Deputy Director PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) Takaaki Hirama memastikan pihaknya belum akan mengambil langkah serupa seperti di Jepang, yaitu menjual motor listrik hasil rebadge produk Honda.
Menurut Hirama, tidak ada rencana serupa di Indonesia karena pasar motor 50 cc terbatas, dan hal ini terbukti dari pasar Jepang. Pada suatu waktu, Yamaha telah sepakat untuk menggunakan model berkubikasi 50 cc dari Honda untuk dipasarkan di Jepang pada tahun 2016. Model yang digunakan sama, yakni Honda EM1 e: dan Benly e:, namun ada sedikit perbedaan detail pada logo dan namanya untuk small electric vehicle yang hanya ditujukan untuk pasar Jepang.
Sebelumnya, melalui siaran resmi Yamaha Motor Corporation, pabrikan tersebut secara resmi mengumumkan perjanjian kerja sama, di mana dijelaskan bahwa Yamaha akan menjual produk motor listrik dengan basis Honda EM1 e: dan Benly e:. Honda EM1 e: dan Benly e: masuk kategori 1 di Jepang, yang setara dengan motor bensin konvensional berkapasitas 50 cc atau kurang dari 0,60 kW untuk motor listrik. Menurut Hirama, pasar motor 50 cc memang cukup besar di negaranya.
Dalam konteks tersebut, pada tahun 2019, Honda, Yamaha, Kawasaki Heavy Industries, Ltd. dan Suzuki Motor Corporation mendirikan Swappable Battery Consortium for Electric Motorcycle. Konsorsium tersebut bertujuan untuk mempopulerkan motor listrik di Jepang dan bekerja sama mencari solusi untuk mengatasi masalah jarak tempuh baterai serta waktu pengisian daya baterai. Hal ini memungkinkan untuk menciptakan baterai yang dapat ditukar secara umum.
Hasilnya, pada tahun 2021 standardisasi tersebut telah disetujui. Sebagai langkah lebih lanjut, Honda dan Yamaha akan terus menyediakan sepeda motor listrik untuk konsumen di Negeri Sakura untuk penggunaan pribadi maupun bisnis. Menurut Hirama, hal tersebut merupakan langkah strategis untuk mendorong adopsi motor listrik di Jepang.
Dari segi industri motor di Indonesia, keputusan Yamaha untuk tidak menjual motor listrik hasil rebadge Honda merupakan pilihan yang masuk akal. Pasar motor di Indonesia cukup unik dengan dominasi motor berkapasitas mesin di atas 110 cc. Adopsi motor listrik di Indonesia sejauh ini masih terbilang rendah, terutama karena masih sedikitnya infrastruktur pengisian baterai yang memadai. Selain itu, faktor harga dan preferensi konsumen juga perlu diperhitungkan dalam memasarkan motor listrik di Indonesia.
Walaupun demikian, langkah-langkah strategis seperti yang diambil oleh Honda dan Yamaha di Jepang dapat menjadi inspirasi bagi pabrikan motor di Indonesia untuk mengembangkan solusi-solusi inovatif dalam menjawab tantangan adopsi motor listrik. Dukungan terhadap riset dan pengembangan serta kerjasama antar-pabrikan dalam menghadapi kendala-kendala teknis dan regulasi juga menjadi kunci dalam menggerakkan pasar motor listrik di Indonesia.
Dari aspek teknologi, pengembangan motor listrik yang dapat diadaptasi dengan kebutuhan pasar lokal juga perlu diperhatikan. Sebagai negara kepulauan dengan lalu lintas perkotaan yang padat, motor listrik dengan desain yang ringkas, baterai yang bisa dilepas pasang dengan mudah, dan kemampuan daya jelajah yang cukup untuk kebutuhan harian akan menjadi faktor kunci dalam memenangkan pasar motor listrik di Indonesia.
Melalui inisiatif yang tepat, industri motor di Indonesia bisa memanfaatkan potensi pasar motor listrik yang semakin bergerak dinamis di berbagai negara. Dengan melibatkan semua pemangku kepentingan terkait, termasuk pemerintah, pabrikan motor, dan masyarakat, Indonesia dapat menjadi salah satu pemain utama dalam mendorong perkembangan industri motor listrik di kawasan Asia Tenggara. Hal ini tentu akan membawa dampak positif bagi industri dan lingkungan, serta menghasilkan solusi modern yang dapat mendukung mobilitas dan keberlanjutan.