Nilai tukar rupiah kembali menguat pada pagi Kamis (8/8). Data Bloomberg menunjukkan bahwa rupiah naik 0,41 persen atau 66,5 poin ke posisi Rp 15.968,50 per dolar AS pada pukul 09:41 WIB. Posisi ini bergerak dari sebelumnya di pukul 08:55 WIB, di mana rupiah berada di 16.035 atau menguat 129 poin (0,80 persen).
Menurut Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, rupiah diprediksi bisa menguat lagi ke posisi Rp 15.500 per dolar AS hingga akhir 2024. Hal ini didukung oleh sejumlah faktor, mulai dari pertumbuhan ekonomi nasional semester II 2024 yang perkembangannya masih positif, meskipun terjadi perlambatan menjadi 5,05 persen. Selain itu, cadangan devisa Indonesia per akhir Juli 2024 juga mengalami kenaikan menjadi senilai USD 145,4 miliar, dibandingkan dengan posisi pada akhir Juni 2024 sebesar USD 140,2 miliar.
Ibrahim Assuaibi juga menyoroti data eksternal yang cukup mendukung, terutama dengan pelemahan tenaga kerja di AS yang mengakibatkan peningkatan angka pengangguran. Hal ini membuat Federal Reserve (Bank Sentral AS) kemungkinan besar akan menurunkan suku bunga, bukan lagi 25 bps (basis poin), melainkan 50 bps.
Selain faktor internal dan eksternal, perkembangan Pilpres AS juga diprediksi memengaruhi nilai tukar rupiah. Penunjukan gubernur Minnesota, Tim Walz sebagai calon wakil presiden oleh Capres Partai Demokrat, Kamala Harris, menjelang pemilu presiden Amerika Serikat (AS) dianggap berpotensi mempengaruhi pasar ekonomi AS. Peluang Tim Walz memenangkan pemilihan presiden melawan kubu Donald Trump memberikan sinyal positif sehingga pasar Amerika melandai dan menguatkan nilai tukar rupiah.
Selain itu, analisa dari Bank Indonesia (BI) juga mendukung prediksi menguatnya rupiah. Meskipun BI menganalisis bahwa rupiah bisa mencapai posisi Rp 15.700 per dolar AS, namun Ibrahim Assuaibi memandang bahwa rupiah memiliki potensi kembali ke posisi fundamentalnya, yaitu di kisaran Rp 15.500 per dolar AS pada akhir tahun nanti.
Dari data-data di atas, terlihat bahwa kondisi ekonomi Indonesia yang terus membaik, didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang masih positif, serta tambahan cadangan devisa yang cukup besar. Faktor eksternal seperti perubahan kebijakan suku bunga oleh Federal Reserve AS turut memberikan dampak positif terhadap penguatan rupiah.
Semua indikator tersebut memberikan harapan bahwa nilai tukar rupiah akan terus menguat dalam jangka panjang. Mungkin saja prediksi BI tentang kekuatan rupiah hingga posisi Rp 15.700 per dolar AS bukanlah hal yang mustahil, tetapi dengan kondisi yang semakin membaik, tidak menutup kemungkinan rupiah bisa kembali ke posisi fundamentalnya, yaitu di bawah angka tersebut.
Dengan adanya prospek menguatnya rupiah, tentunya para pelaku bisnis dan investor dapat mengambil manfaat dari situasi ini. Penguatan nilai tukar rupiah memberikan kemudahan dalam perdagangan, terutama bagi importir yang bisa merasakan pengurangan biaya dalam melakukan impor barang. Selain itu, penguatan rupiah juga memberikan kepercayaan bagi investor asing untuk melakukan investasi di Indonesia, yang berpotensi memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi negara.