Thomas Djiwandono, keponakan dari Prabowo Subianto, akan resmi dilantik sebagai Wakil Menteri Keuangan II di Istana Negara hari ini, Kamis (18/7). Kepastian pelantikan ini tentu saja menarik perhatian banyak pihak, terlebih dengan berbagai spekulasi dan analisis yang mengaitkan posisi ini dengan pengaruh terhadap kebijakan perekonomian, terutama terhadap pergerakan nilai tukar rupiah.
Menurut Ariston Tjendra, Kepala Riset Monex Investindo, pelantikan Thomas sebagai wamenkeu II akan memberikan sentimen positif terhadap pergerakan rupiah hari ini. Dia berpendapat bahwa peralihan kekuasaan termasuk pekerjaan anggaran dapat berjalan lebih lancar dengan dimasukkannya anggota tim pemenangan Presiden terpilih. Data Bloomberg pukul 11.55 mencatat bahwa rupiah melemah 54,50 poin atau 0,34 persen menjadi Rp 16.154 per dolar USD.
Dalam pandangan dari Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, pelaku pasar melihat Thomas Djiwandono layak dijadikan Wamenkeu II. Bahkan, ada spekulasi bahwa Thomas sedang disiapkan untuk menggantikan posisi Menteri Keuangan Sri Mulyani. Ibrahim juga menyebut bahwa pasar melihat bahwa Thomas Djiwandono memang layak dijadikan sebagai wakil Menteri Keuangan dan dipersiapkan untuk posisi Menteri Keuangan yang baru.
Ibrahim juga menyoroti tugas khusus yang dimiliki Thomas Djiwandono setelah menjadi Wamenkeu II, di mana salah satunya adalah untuk melancarkan pelaksanaan program strategis Prabowo-Gibran. “Kenapa Prabowo memasukkan keponakan sendiri di Kementerian Keuangan sebagai wakilnya? Ya, tugasnya itu adalah supaya memperlancar program-program Pilpres Prabowo-Gibran itu bisa terlaksana,” ungkapnya.
Informasi yang dihimpun dari Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, juga membenarkan pelantikan Thomas sebagai Wakil Menteri Keuangan II.
Terkait dengan fakta bahwa posisi Wakil Menteri Keuangan I masih diisi oleh Suahasil Nazara, hal ini menunjukkan bahwa pemerintah tetap mempertahankan kontinuitas dalam kebijakan ekonomi, namun dengan penambahan figur baru yang diharapkan bisa membawa dampak positif.
Sejumlah data dan fakta yang terungkap juga menunjukkan bahwa Thomas Djiwandono memiliki latar belakang yang mendukungnya dalam jabatan barunya. Lahir di Jakarta pada 7 Mei 1972, Thomas adalah anak pertama dari pasangan Soedradjad Djiwandono, mantan Gubernur Bank Indonesia, dan Biantiningsih Miderawati, kakak kandung Prabowo Subianto pendiri Partai Gerindra. Thomas juga merupakan cicit R.M. Margono Djojohadikusumo, pendiri Bank BNI 46.
Selain latar belakang keluarga yang kuat di dunia keuangan, Thomas juga memiliki pengalaman dan keterlibatan yang cukup luas. Karirnya dimulai sebagai wartawan magang di Majalah Tempo pada tahun 1993 dan kemudian pada tahun 1994 di Indonesia Business Weekly. Pada tahun 2006, kariernya semakin meningkat saat ia membantu di Arsari Group dan menjabat sebagai Deputy CEO Arsari Group, sebuah perusahaan agrobisnis. Di dunia politik, Thomas terlibat dalam Partai Gerindra dan kini menjadi Bendahara Umum Partai Gerindra.
Selain itu, jika kita memperhatikan peran Thomas selama Pilpres 2014, di mana ia sangat penting bagi Koalisi Merah-Putih (KMP) dalam urusan logistik, menunjukkan bahwa Thomas memiliki kemampuan yang diakui oleh para pemangku kepentingan. Dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya, Thomas diharapkan bisa memberikan kontribusi yang positif dalam memimpin bidang ekonomi di Indonesia.
Dalam konteks politik, penempatan Thomas Djiwandono sebagai Wakil Menteri Keuangan II juga dapat diinterpretasikan sebagai langkah strategis dari Prabowo Subianto, khususnya dalam mempersiapkan langkah politik di masa mendatang. Dengan memasukkan keponakannya ke dalam struktur pemerintahan, Prabowo juga turut melahirkan harapan bahwa agenda-agenda politiknya bisa terselengara dengan lebih baik, terutama dalam bidang ekonomi.
Pelantikan Thomas sebagai Wamenkeu II tentu menjadi momentum yang menarik, tidak hanya dari sisi politik, tetapi juga dampaknya terhadap kebijakan ekonomi dan nilai tukar rupiah. Kita bisa menunggu dan melihat sejauh mana peran Thomas Djiwandono dalam mengemban tugas barunya dan bagaimana dampaknya terhadap kondisi ekonomi Indonesia. Momen ini juga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas terkait dengan dinamika politik di dalam negeri. Kita tentu berharap bahwa pelantikan ini tidak hanya sekadar perubahan struktural, tetapi juga berdampak positif bagi perekonomian dan stabilitas politik Indonesia.
Keponakan dari Prabowo Subianto, Thomas Djiwandono akan dilantik sebagai Wakil Menteri Keuangan II di Istana Negara hari ini. Ariston Tjendra, kepala riset Monex Investindo, berpendapat bahwa perubahan kekuasaan di Kementerian Keuangan bisa memberikan dampak positif pada pergerakan nilai tukar rupiah. Menurutnya, pelantikan Thomas sebagai Wamenkeu II akan membuat anggaran dan pekerjaan di Kemenkeu dapat berjalan lebih lancar, terutama dengan kehadiran anggota tim pemenangan Presiden terpilih.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, juga menyatakan bahwa pelaku pasar melihat Thomas Djiwandono layak dijadikan Wamenkeu II dan ada spekulasi bahwa Thomas sedang dipersiapkan untuk menggantikan posisi Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan. Ibrahim juga menyoroti tugas khusus yang dimiliki Thomas setelah menjadi Wamenkeu II, salah satunya adalah melancarkan pelaksanaan program strategis Prabowo-Gibran.
Selain itu, Thomas Djiwandono memiliki latar belakang yang kuat di dunia keuangan, baik dari segi keluarga maupun pengalaman yang dimilikinya. Hal ini membuatnya dianggap layak untuk menjabat sebagai Wakil Menteri Keuangan II. Selain itu, Thomas juga terlibat dalam kegiatan politik dan memiliki pengalaman yang relevan di bidang keuangan, terutama dalam menangani logistik selama Pilpres 2014.
Penempatan Thomas Djiwandono sebagai Wakil Menteri Keuangan II juga bisa diinterpretasikan sebagai langkah strategis dari Prabowo Subianto dalam mempersiapkan langkah politik di masa mendatang. Dengan demikian, pelantikan ini bukan hanya sekadar perubahan struktural, tetapi juga menjadi momentum menarik untuk melihat bagaimana peran Thomas dalam membawa dampak positif bagi perekonomian dan stabilitas politik Indonesia.