Gempa megathrust di Indonesia masih menjadi perhatian serius menyusul peringatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akan potensi gempa besar yang dapat terjadi di wilayah tersebut. Kejadian gempa dahsyat berkekuatan 7,1 Skala Richter (SR) di Pulai Kyushu, Jepang, 8 Agustus lalu turut menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan terjadinya gempa serupa di wilayah Indonesia.
Kejadian gempa megathrust ini, selain berpotensi menciptakan gelombang tsunami yang besar, juga dapat menimbulkan dampak besar bagi masyarakat. Pakar Manajemen dan Mitigasi Bencana dari Universitas Airlangga (Unair), Dr. Hijrah Saputra ST MSc, mengingatkan bahwa tidak adanya penjelasan yang memadai terkait potensi risiko gempa megathrust dapat berdampak buruk bagi masyarakat yang kurang memiliki pemahaman yang baik tentang ancaman tersebut.
Gempa bumi megathrust sendiri disebabkan oleh pergerakan antar lempeng tektonik di zona subduksi. Indonesia, dengan sebagian besar wilayahnya dikelilingi oleh patahan-patahan besar, menjadi rentan akan ancaman gempa ini. Beberapa wilayah seperti zona megathrust di Selat Sunda atau di Mentawai Siberut, menjadi perhatian khusus karena memiliki potensi besar dalam terjadinya gempa megathrust.
Dr. Hijrah menekankan bahwa sejarah gempa dan tsunami di Indonesia seperti yang terjadi di Aceh tahun 2004, Jogja 2006, Pangandaran 2006, Lombok, dan Palu 2018 harus dijadikan pembelajaran bagi masyarakat dan pemerintah. Kesiapan diri dan pengetahuan tentang langkah-langkah yang harus diambil apabila terjadi gempa besar merupakan hal yang penting untuk disiapkan.
Selain itu, perlengkapan darurat seperti makanan, air, dan obat-obatan juga perlu dipersiapkan agar masyarakat dapat bertahan pasca gempa bumi. Keterlibatan pemerintah dalam melakukan simulasi bencana kepada masyarakat diharapkan dapat mengurangi kepanikan serta meningkatkan kesiapsiagaan saat bencana terjadi.
Saat ini, perhatian terhadap kesiapsiagaan menghadapi gempa bumi semakin mendesak, terutama mengingat aktivitas gempa yang semakin meningkat belakangan ini. Negara Jepang, dengan kesiapsiagaannya dalam mitigasi bencana, menjadi contoh bagi Indonesia dalam hal memperhatikan standar bangunan dan menerapkan early warning system untuk mengurangi risiko bencana.
Masyarakat Indonesia perlu meningkatkan kewaspadaan serta kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman gempa bumi. Mengantisipasi potensi risiko gempa megathrust dengan memahami langkah-langkah yang perlu diambil, serta keterlibatan pemerintah dalam pelaksanaan mitigasi bencana menjadi hal yang sangat penting.
Dalam menghadapi ancaman potensial dari gempa megathrust, pemerintah juga harus meningkatkan perhatian dan kesiapsiagaan dalam menanggulangi dan mitigasi bencana. Inisiatif untuk melakukan simulasi bencana kepada masyarakat, memperhatikan standar bangunan yang sesuai dengan tahap gempa, dan menerapkan early warning system menjadi hal yang tidak dapat diabaikan. Kesiapsiagaan yang baik diharapkan dapat mengurangi dampak buruk dari ancaman gempa megathrust bagi masyarakat Indonesia.